Friday, August 24, 2012

SECRET GARDEN


Mery gadis kecil yatim piatu diangkat oleh paman yg jarang ditemuinya. Kehidupannya selalu sendiri karena semasa ortunya hidup, Mery jarang diperhatikan.
Kehidupan Mery mulai terbuka, dgn bertemu orang2 & hewan2 di rumah pamannya.Mery perlahan2 menjadi gadis ceria sampai suatu saat bertemu Collin anak pamannya yang cacat  & keras kepala.
Bisakah Mery membuka hati Collin untuk melihat orang2 disekitarnya yg mencintai apa adanya ?





Karena ditinggal orangtuanya akibat wabah kolera Mery diangkat oleh pamannya. Mery gadis yang angkuh, selalu sendiri  dan merasa orang di sekelilingnya pasti membencinya. Maklum sejak kecil ayah dan ibunya jarang sekali memperhatikan Mery.

Ibu Medlock salah satu pengurus rumah pamannya bukan orang yang ramah terhadap anak2, dia menginginkan Mery patuh dan diam. Tetapi bukan Mery kalau hanya berdiam diri, dengan angkuhnya dia keliling rumah pamannya tanpa memperdulikan teriakan Ibu Medlock.

Untung saja Mery tertolong oleh Martha pelayan yang ramah, dengan segera Mery dibawa ke kamarnya sampai disana Mery disuruh segera berbenah dan tidur untuk istirahat. Dasar Mery anak manja yang tidak pernah mengurus dirinya sendiri tentu saja dia bingung disuruh ganti baju sendiri. Sebelum meninggalkan Mery yang kebingungan cara menukar pakaian, Martha menganggu Mery dengan mengatakan bahwa, “ Jangan jalan-jalan keluar, banyak hantunya.” Mery dengan sinis dalam hati berkata, hantu saja juga membenciku kenapa aku harus takut hantu. Mery pun terlelap tidurnya karena kecapaian tentunya tanpa ganti baju.

Hari berlalu Mery bertemu dengan seorang anak laki2 yang berbicara dengan hewan2 di sekelilingnya, tentu saja ini membuat Mery penasaran dan wajah penasarannya membuat seekor domba di samping Deacon menganggunya. Kata Deacon, “domba tersebut merasa lucu melihatmu.” Mery terheran2 kok kamu bisa mengerti bahasa binatang, Deacon tersenyum dan berkata,” Berbicaralah dari hatimu Mery, maka kamu akan mendengar suara2 lain.”

Keanehan Mery tidak berhenti disana saja, pertemuannya dengan seekor burung pipit juga mengubah hidupnya. Pertama Mery tidak percaya burung pipit itu mengajaknya berbicara, tetapi ternyata burung pipit terus mengikutinya dan meledeknya dengan mengikuti setiap gerakan Mery, terang aja Mery mencak mencak pada burung pipit itu. Tetapi kemarahan tidak lama karena burung pipit itu hanya ingin menjadi sahabatnya, bahkan Mery diberi tahu kunci untuk kebun rahasia loh. Sejak itu Mery selalu tersenyum dan gembira, Martha juga ikut senang karenanya kecuali Ibu Medlock tentunya.

Pertemuan demi pertemuan membuat Mery yang bertampang angkuh mulanya menjadi anak yang periang. Sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Collin anak pamannya yang ternyata selama ini mengurung diri di kamar karena sakit. Collin selalu memiliki ketakutan bahwa badannya akan berpungguk seperti ayahnya. Bila sedang kesakitan Collin selalu berteriak2 dan membuat orang di sekelilingnya panik dan selalu menuruti kemauan Collin, tetapi beda dengan Mery dia tidak pernah mau mengikuti kemauan Collin sampai suatu hari Mery dan Deacon berhasil loh mengajak Collin untuk bermain dan belajar berjalan.

Collin dan Mery ternyata memiliki kemiripan yang merasa dirinya tidak pernah dicintai, yaitu Collin selalu merasa selama ini ayahnya tidak menyukainya karena selama ini ayahnya tidak pernah selalu di dekat Collin. Ayah Collin sebenarnya bukannya tidak mencintai Collin , tetapi karena wajah Collin mirip dengan ibunya yang sudah meninggal. Tetapi keajaiban dan pintu hati semua orang terbuka ketika ayahnya mau kembali dari pelarian atas dukanya selama ini untuk melihat Collin. Disana Collin akan membuat semua orang takjub karena dia berjalan mendekati ayahnya dan mengatakan,” Ayah, biar aku yang ke ayah. Walau ayah tidak mendatangiku biar aku yang menghampiri ayah.”

Akhirnya semua bergembira, keluarga yang selama ini dirundung kesedihan menjadi kegembiraan .

Seputar Penulis :

Buku ini adalah saduran dari karangan : Bernette (Manchester). 
Ilustrasi : Motoko Fujita.
Karya lain dari Bernette adalah Princess dan Little Princess.



0 comments:

Post a Comment